Dampak Pernikahan Dini
Tanpa kita sadari ada banyak dampak dari pernikahan dini. Ada
dampak fisik dan dampak psikologis, diantaranya adalah :
1. Dampak Fisik :
a. Ekonomi Rumah Tangga
Pasangan
usia muda belum mampu dibebani suatu pekerjaan yang memerlukan keterampilan
fisik, untuk mendatangkan penghasilan baginya, dan mencukupi kebutuhan
keluarganya. Faktor ekonomi adalah salah satu faktor yang berperan dalam
mewujudkan dalam kesejahteraan dan kebahagiaan rumah tangga. Generasi muda
tidak boleh berspekulasi apa kata nanti, utamanya bagi pria, rasa
ketergantungan kepada orang tua harus dihindari.
b. Kanker
leher rahim
Perempuan
yang menikah dibawah umur 20 th beresiko terkena kanker leher rahim. Pada usia
remaja, sel-sel leher rahim belum matang. Kalau terpapar human papiloma virus
atau HPV pertumbuhan sel akan menyimpang menjadi kanker.
Leher
rahim ada dua lapis epitel, epitel skuamosa dan epitel kolumner. Pada sambungan
kedua epitel terjadi pertumbuhan yang aktif, terutama pada usia muda. Epitel
kolumner akan berubah menjadi epitel skuamosa. Perubahannya disebut metaplasia.
Kalau ada HPV menempel, perubahan menyimpang menjadi displasia yang merupakan
awal dari kankes. Pada usia lebih tua, di atas 20 tahun, sel-sel sudah matang,
sehingga resiko makin kecil.
Gejala
awal perlu diwaspadai, keputihan yang berbau, gatal serta perdarahan setelah
senggama. Jika diketahui pada stadium sangat dini atau prakanker, kanker leher
rahim bisa diatasi secara total. Untuk itu perempuan yang aktif secara seksual
dianjurkan melakukan tes Papsmear 2-3 tahun sekali.
c. Resiko
Tinggi Ibu Hamil
Dilihat
dari segi kesehatan, pasangan usia muda dapat berpengaruh pada tingginya angka
kematian ibu yang melahirkan, kematian bayi serta berpengaruh pada rendahnya
derajat kesehatan ibu dan anak. Menurut ilmu kesehatan, bahwa usia yang kecil
resikonya dalam melahirkan adalah antara usia 20-35 tahun, artinya melahirkan
pada usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun mengandung resiko
tinggi. Ibu hamil usia 20 tahun ke bawah sering mengalami prematuritas (lahir
sebelum waktunya) besar kemungkinan cacat bawaan, fisik maupun mental ,
kebutaan dan ketulian.
2. Dampak
Psikologis
a. Neoritis
deperesi
Depresi
berat atau neoritis depresi akibat pernikahan dini ini, bisa terjadi pada
kondisi kepribadian yang berbeda. Pada pribadi introvert (tertutup) akan
membuat si remaja menarik diri dari pergaulan. Dia menjadi pendiam, tidak mau
bergaul, bahkan menjadi seorang yang schizoprenia atau dalam bahasa awam yang
dikenal orang adalah gila. Sedang depresi berat pada pribadi ekstrovert
(terbuka) sejak kecil, si remaja terdorong melakukan hal-hal aneh untuk
melampiaskan amarahnya. Seperti, perang piring, anak dicekik dan sebagainya.
Dengan kata lain, secara psikologis kedua bentuk depresi sama-sama berbahaya.
"Dalam
pernikahan dini sulit membedakan apakah remaja laki-laki atau remaja perempuan
yang biasanya mudah mengendalikan emosi. Situasi emosi mereka jelas labil, sulit
kembali pada situasi normal. Sebaiknya, sebelum ada masalah lebih baik diberi
prevensi daripada mereka diberi arahan setelah menemukan masalah. Biasanya
orang mulai menemukan masalah kalau dia punya anak. Begitu punya anak, berubah
100 persen. Kalau berdua tanpa anak, mereka masih bisa enjoy, apalagi kalau
keduanya berasal dari keluarga cukup mampu, keduanya masih bisa menikmati masa
remaja dengan bersenang-senang meski terikat dalam tali pernikahan.
Usia
masih terlalu muda, banyak keputusan yang diambil berdasar emosi atau mungkin
mengatasnamakan cinta yang membuat mereka salah dalam bertindak. Meski tak
terjadi Married By Accident (MBA) atau menikah karena "kecelakaan",
kehidupan pernikahan pasti berpengaruh besar pada remaja. Oleh karena itu,
setelah dinikahkan remaja tersebut jangan dilepas begitu saja.
b. Konflik
yang berujung perceraian
Sibuknya
seorang remaja menata dunia yang baginya sangat baru dan sebenarnya ia belum
siap menerima perubahan ini. Positifnya, ia mencoba bertanggung jawab atas
hasil perbuatan yang dilakukan bersama pacarnya. Hanya satu persoalannya,
pernikahan usia dini sering berbuntut perceraian. Mampukah remaja itu bertahan?
Ada
apa dengan cinta? Mengapa pernikahan yang umumnya dilandasi rasa cinta bisa
berdampak buruk, bila dilakukan oleh remaja? Pernikahan dini atau menikah dalam
usia muda, memiliki dua dampak cukup berat. Dari segi fisik, remaja itu belum
kuat, tulang panggulnya masih terlalu kecil sehingga bisa membahayakan proses
persalinan. Oleh karena itu pemerintah mendorong masa hamil sebaiknya dilakukan
pada usia 20 - 30 tahun. Dari segi mental pun, emosi remaja belum stabil.
Kestabilan emosi umumnya terjadi pada usia 24 tahun, karena
pada saat itulah orang mulai memasuki usia dewasa. Masa remaja, boleh di bilang
baru berhenti pada usia 19 tahun. Dan pada usia 20 - 24 tahun dalam psikologi,
dikatakan sebagai usia dewasa muda atau lead edolesen. Pada masa ini, biasanya
mulai timbul transisi dari gejolak remaja ke masa dewasa yang lebih stabil.
Maka, kalau pernikahan dilakukan di bawah 20 tahun secara emosi si remaja masih
ingin bertualang menemukan jati dirinya.
Bayangkan
kalau orang seperti itu menikah, ada anak, si istri harus melayani suami dan
suami tidak bisa ke mana-mana karena harus bekerja untuk belajar tanggung jawab
terhadap masa depan keluarga. Ini yang menyebabkan gejolak dalam rumah tangga
sehingga terjadi perceraian, dan pisah rumah
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman Al Maliki. 1963. As Siyasah Al Iqtishadiyah Al
Mutsla. Bogor: Cahaya.
Abdul Shaheed. 2007. Tinjauan
Fiqih Pernikahan Dini. Yogyakarta:
Gaul I
An Nabhani. 1990. An Nizham Al Ijtimaâi fi Al Islam.
Yogyakarta: Gunung Mulya.
Prof. Dr.
Sarlito Wirawan Sarwono.1983. Bagai mana Kalau Kita Galakkan Perkawinan
Remaja?. Jakarta: PT Ghalia Indonesia.
Muhammad
Fauzil Adhim2002. Indahnya Pernikahan Dini. Jakarta: PT Lingkar
Pena.
artikel yang bagus, dan rapi :)
BalasHapuswww.portaljasmani.com