BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pengendalian
Kualitas
Kebutuhan pengendalian kualitas
timbul setelah masa revolusi industri, dimana proses produksi yang dilakukan
oleh mesin menimbulkan dua persoalan utama, yaitu:
a) Penggunaan
mesin mulai menggantikan kedudukan tenaga kerja manusia.
b) Produksi
barang dilakukan secara besar-besaran sehingga memerlukan keseragaman komponen
dalam proses assembling dimana hal
tersebut hanya dapat dilakukan oleh mesin.
Agar proses produksi berjalan
dengan lancar, dibutuhkan tenaga kerja untuk menyortir barang yang memiliki
kualitas dibawah standar, sehingga pada saat itu mulai dikenal usaha
pengendalian kualitas. Namun adanya perkembangan sistem mekanisasi industri
yang lebih maju menyebabkan keadaan industri menjadi tidak beraturan, sehingga
para produsen menjadi berkurang perhatiannya dalam menghasilkan barang-barang
yang bermutu tinggi. Sehingga timbul anggapan bahwa petugas yang melaksanakan
pengawasan merupakan penghalang bagi pekerja dan supervisor untuk dapat
melaksanakan kegiatan produksi.
Namun seiring dengan perkembangan
penerangan dan komunikasi, maka keadaan tersebut mulai berubah dimana
pentingnya peranan pengendalian kualitas semakin dibutuhkan sehingga prosedur
dan metode pengendalian mutu mulai dikembangkan kearah yang lebih baik.
1.2 Maksud dan Tujuan Pengendalian Kualitas
Maksud dari pengendalian kualitas
adalah mengusahakan produk akhir yang dihasilkan sesuai dengan spesifikasi
produk dan standar yang ditetapkan. Selain itu terdapat beberapa tujuan
dilakukannya usaha pengendalian kualitas, yaitu:
- Untuk
memperbaiki adanya proses yang tidak terkendali.
- Untuk
mengendalikan produk jadi, dalam hal ini dilakukan dengan sampling
penerimaan.
- Untuk
menghasilkan produk yang berkualitas.
- Mengusahakan
biaya inspeksi atau pemeriksaan dapat ditekan seminimal mungkin.
- mengusahakan
agar biaya desain produk dan proses dengan menggunakan mutu produksi
tertentu dapat menjadi seminimal mungkin.
- Mengusahakan
agar biaya produksi dapat ditekan serendah mungkin.
Dengan mengarah kepada pencapaian
tujuan diatas berarti akan terjadi peningkatan kualitas produk akhir,
pengendalian kualitas terhadap proses produksi yang berlangsung sehingga dapat
dilakukan tindakan-tindakan apabila terjadi perubahan yang tidak diharapkan.
BAB II
PENGENDALIAN KUALITAS
2.1 Pengertian Kualitas
Pengertian
kualitas mengandung banyak definisi dan makna, tergantung pada tujuan dan
penggunaannya. Adapun beberapa befenisi kualitas yang banyak digunakan, antara
lain:
- Kualitas
merupakan kesesuaian dengan persyaratan atau tuntutan.
- Kualitas
merupakan kecocokan dengan pemakaian.
- Kualitas
merupakan perbaikan dan penyempurnaan yang berkelanjutan.
- Kualitas
merupakan usaha pemenuhan kebutuhan konsumen sejak awal dan setiap saat.
- Kualitas
merupakan usaha untuk melakukan sejak awal secara tepat.
- Kualitas
merupakan sesuatu yang dapat memberikan kepuasan kepada konsumen.
Kualitas secara
umum dapat diartikan sebagai sejumlah karakter terukur yang menunjukkan derajat
kebaikan suatu produk, ataupun dapat diartikan sebagai suatu keadaan terbaik
dalam batas-batas kondisi tertentu sesuai dengan keinginan konsumen.
Pada umumnya
syarat-syarat kondisi yang diinginkan oleh konsumen sebagai hal yang paling
utama adalah harga produk dan manfaat produk. Kedua hal tersebut menyangkut:
a. Spesifikasi
dari karakteristik operasi.
b. Umur
produk dan keandalan.
c. Ongkos
pembuatan.
d. Kondisi
dimana produk dibuat.
e. Pemasangan
dan perawatan produk serta fasilitas di lapangan.
Adapun
karakteristik dari produk yang diinginkan oleh konsumen pada umumnya dapat
berupa keadaan dan keindahan bentuk dari produk. Sehingga secara singkat
kualitas dapat didefinisikan sebagai kepuasan dalam pemakaian produk yang
mencakup aspek:
Quality
of product :
Kualitas produk atau jasa
Quality
of cost :
Kualitas dari biaya
Quality
of delivery :
Kualitas pengiriman produk
Quality
of safety :
Kualitas keamanan
Quality
of morale :
Kualitas dalam melayani konsumen
Berdasarkan
pengertian kualitas diatas, maka yang menjadi penentu bagi karakteristik mutu
produk adalah konsumen, sehingga walaupun pihak produsen telah menghasilkan
suatu produk yang dianggap telah tepat untuk mencapai tujuan yang diharapkan,
namun konsumenlah yang menilai manfaat serta kualitas dari produk tersebut.
Sehingga dalam mendesain, memproduksi dan menjual suatu produk pihak produsen
harus berorientasi pada kepentingan konsumen.
2.2 Pengendalian Kualitas Secara Umum
Pada dasarnya
kegiatan pengendalian kualitas mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, karena
semua aspek yang mempengaruhi kualitas harus diperhatikan. Secara garis besar,
pengendalian kualitas dapat dibedakan menjadi tiga tingkatan yaitu pengendalian
kualitas pra proses, pengendalian kualitas selama proses berlangsung dan
pengendalian kualitas terhadap produk yang dihasilkan. Dengan demikian akan
dapat dikurangi penyimpangan-penyimpangan yang mungkin terjadi.
2.3 Perkembangan Kualitas
Pada mulanya
sistem untuk memonitor dan memanager
kualitas hanya berupa pengukuran (inspection),
yang akhirnya banyak mengalami perkembangan sehingga dikenal dengan adanya
sistem pengendalian kualitas (Quality Control)
serta jaminan kualitas (Quality Assurance).
Sejak tahun 1970, sistem-sistem tersebut diatas yaitu Inspection, Quality Control dan
Quality Assurance dikembangkan dan
disempurnakan menjadi Total Quality
Management (TQM). Dimana TQM ini mengintegrasikan semua level di atas
menjadi satu kesatuan untuk menghasilkan sesuatu yang berkualitas.
A.
Total Quality
Management
Perkembangan
mutu terpadu pada mulanya sebagai suatu sistem perkembangan di Amerika Serikat.
Buah pikiran mereka pada mulanya kurang diperhatikan oleh masyarakat, khususnya
masyarakat bisnis. Namun, beberapa dari mereka merupakan pemegang kunci dalam
pengenalan dan pengembangan konsep mutu. Sejak 1980 keterlibatan mereka dalam
manajemen terpadu telah dihargai di seluruh dunia.
TQM
adalah pendekatan manajemen pada suatu organisasi, berfokus pada kualitas dan
didasarkan atas partisipasi dari keseluruhan sumber daya manusia dan ditujukan
pada kesuksesan jangka panjang melalui kepuasan pelanggan dan memberikan manfaat pada
anggota organisasi (sumber daya manusianya) dan masyarakat TQM juga
diterjemahkan sebagai pendekatan berorientasi pelanggan yang memperkenalkan
perubahan manajemen yang sistematik dan perbaikan terus menerus terhadap
proses, produk, dan pelayanan suatu organisasi. Proses TQM memiliki input yang
spesifik (keinginan, kebutuhan, dan harapan pelanggan), mentransformasi
(memproses) input dalam organisasi untuk memproduksi barang atau jasa
yang pada gilirannya memberikan kepuasan kepada pelanggan (output). Tujuan utama Total
Quality Management adalah perbaikan mutu pelayanan secara terus-menerus.
Dengan demikian, juga Quality Management sendiri yang harus dilaksanakan
secara terus-menerus. Sejak tahun 1950-an pola pikir mengenai mutu terpadu atau
TQM sudah muncul di daratan Amerika dan Jepang dan akhirnya Koji Kobayashi,
salah satu CEO of NEC, diklaim sebagai orang pertama yang mempopulerkan TQM,
yang dia lakukan pada saat memberikan pidato pada pemberian penghargaan Deming
prize di tahun. Banyak perusahaan Jepang yang memperoleh sukses global karena memasarkan
produk yang sangat bermutu. Perusahaan/organisasi yang ingin mengikuti perlombaan/
bersaing untuk meraih laba/manfaat tidak ada jalan lain kecuali harus
menerapkan Total Quality Management. Philip Kolter (1994) mengatakan
“Quality is our best assurance of custemer allegiance, our strongest defence
against foreign competition and the only path to sustair growth and earnings”.
Di
Jepang, TQM dirangkum menjadi empat langkah, yaitu sebagai berikut:
- Kaizen: difokuskan
pada improvisasi proses berkelanjutan (continuous Improvement)
sehingga proses yang terjadi pada organisasi menjadi visible (dapat
dilihat), repeatable (dapat dilakukan secara berulang-ulang), dan measurable
(dapat diukur).
- Atarimae
Hinshitsu: berfokus pada efek intangible pada proses dan optimisasi
dari efek tersebut.
- Kansei: meneliti
cara penggunaan produk oleh konsumen untuk peningkatan kualitas produk itu
sendiri.
- Miryokuteki
Hinshitsu: manajemen taktis yang digunakan dalam produk yang siap untuk
diperdagangkan. Penerapan Total Quality Management dipermudah oleh
beberapa piranti, yang sering disebut “alat TQM”. Alat-alat ini membantu
kita menganalisis dan mengerti masalah-masalah serta membantu membuat perencanaan.
Delapan alat TQM yang diuraikan adalah sebagai
berikut:
- Curah Pendapat
(Sumbang Saran) – Brainstorming
Curah pendapat
adalah alat perencanaan yang dapat digunakan untuk mengembangkan kreativitas kelompok.
Curah pendapat dipakai, antara lain untuk menentukan sebab-sebab yang mungkin
dari suatu masalah atau merencanakan langkah-langkah suatu proyek.
- Diagram Alur
(Bagan Arus Proses)
Bagan arus
proses adalah satu alat perencanaan dan analisis yang digunakan, antara lain
untuk menyusun gambar proses tahap demi tahap untuk tujuan analisis, diskusi,
atau komunikasi dan menemukan wilayah-wilayah perbaikan dalam proses.
- Analisis SWOT
Analisis SWOT
adalah suatu alat analisis yang digunakan untuk menganalisis masalah-masalah
dengan kerangka Strengths (kekuatan), Weaknesses (kelemahan), Opportunities
(peluang), dan Threats (ancaman).
- Ranking Preferensi
Alat ini
merupakan suatu alat interpretasi yang dapat digunakan untuk memilih gagasan
dan pemecahan masalah di antara beberapa alternatif.
- Analisis Tulang
Ikan
Analisis tulang
ikan (juga dikenal sebagai diagram sebab-akibat) merupakan alat analisis,
antara lain untuk mengkategorikan berbagai sebab potensial dari suatu masalah
dan menganalisis apa yang sesungguhnya terjadi dalam suatu proses.
- Penilaian Kritis
Penilaian kritis
adalah alat bantu analisis yang dapat digunakan untuk memeriksa setiap proses
manufaktur, perakitan, atau jasa. Alat ini membantu kita untuk memikirkan
apakah proses itu memang dibutuhkan, tepat, dan apakah ada alternatif yang
lebih baik.
- Benchmarking
Benchmarking
adalah proses pengumpulan dan analisis data dari
organisasi kita dan dibandingkan dengan keadaan di dalam organisasi lain. Hasil
dari proses ini akan menjadi patokan untuk memperbaiki organisasi kita secara
terus menerus. Tujuan benchmarking adalah bagaimana organisasi kita bisa
dikembangkan sehingga menjadi yang terbaik.
- Diagram Analisa
Medan Daya (Bidang Kekuatan)
Diagram medan
daya merupakan suatu alat analisis yang dapat digunakan, antara lain untuk
mengidentifikasi berbagai kendala dalam mencapai suatu sasaran dan
mengidentifikasi berbagai sebab yang mungkin serta pemecahan dari suatu masalah
atau peluang.
Syarat-syarat pelaksanaan TQM dalam suatu perusahaan
adalah sebagai berikut:
- Setiap
perusahaan/organisasi harus secara terus meneurus melakukan perbaikan mutu
produk dan pelayanan sehingga dapat memuaskan para pelanggan.
- Memberikan
kepuasan kepada pemilik, pemasok, karyawan, dan para pemegang saham.
- Memiliki wawasan
jauh ke depan dalam mencari laba dan memberikan kepuasan.
- Fokus utama
ditujukan pada proses, baru menyusul hasil.
- Menciptakan kondisi
di mana para karyawan aktif berpartisipasi dalam menciptakan keunggulan
mutu.
- Ciptakan
kepemimpinan yang berorientasi pada bawahan dan aktif memotivasi karyawan
bukan dengan cara otoriter sehingga diperoleh suasana kondusif bagi
lahirnya ide-ide baru.
- Rela memberikan
ganjaran, pengakuan bagi yang sukses dan mudah memberikan maaf bagi yang
belum berhasil/berbuat salah.
- Setiap keputusan
harus berdasarkan pada data, baru berdasarkan pengalaman/ pendapat.
- Setiap langkah
kegiatan harus selalu terukur jelas sehingga pengawasan lebih mudah.
- Program pendidikan
dan pelatihan hendaknya menjadi urutan utama dalam upaya peningkatan mutu.
1.
Sejarah TQM
A. 1946
– 1950, periode perintisan dan penelitian. Dr.W.E.Deming menyampaikan seminar 8
hari mengenai kualitas pada para ilmuwan, insinyur, dan para eksekutif
perusahaan Jepang.
B. 1951
– 1954, periode pengendalian mutu statistik (Statistical Quality Qontrol)
C. 1955
– 1960, periode pengendalian mutu sistematik. Diperkenalkan istilah CWQC (
Company Wide Quality Control )
D. 1961
– sekarang, periode pemantapan dan pengembangan. Prof.DR.Kaoru Ishikawa
memperkenalkan Gugus Kendali Mutu (Quality Control Circle)
2.
Prinsip
TQM
Prinsip-prinsip TQM:
a. Kepuasan
pelanggan
b. Partisipasi
c. Manajemen
berdasar fakta
d. Perbaikan
berkesinambungan
3.
Unsur-unsur
TQM:
a. Pelanggan
(internal dan eksternal)
b. Obsesi
terhadap kualitas
c. Pendekatan
Ilmiah
d. Komitmen
jangka panjang
e. Kerjasama
tim
f. Perbaikan
sistem berkelanjutan
g. Pendidikan
dan Pelatihan
h. Kebebasan
terkendali
i.
Kesatuan tujuan
Keterlibatan dan
pemberdayaan karyawan
4.
Elemen Pendukung Dalam TQM
Elemen-elemen pendukung TQM dimaksud adalah sebagai berikut.
- Kepemimpinan
Manajer senior harus mengarahkan upaya pencapaian tujuan dengan memberikan,
menggunakan alat dan bahan yang komunikatif, menggunakan data dan menggali
siapa-siapa yang berhasil menerapkan konsep manajemen mutu terpadu. Ketika
memutuskan untuk menggunakan MMT/TQM sebagai kunci proses manajemen, peranan
manajer senior sebagai penasihat, guru, dan pimpinan tidak bisa
diremehkan.Pimpinan Senior suatu organisasi harus sepenuhnya menghayati
implikasi manajemen di dalam suatu ekonomi internasional di mana manajer yang
paling berhasil, paling mampu, dan paling hebat pendidikannya di dunia harus
diperebutkan melalui persaingan yang ketat. Kenyataan hidup yang berat ini akan
menyadarkan manajer senior mengakui bahwa mereka harus mengembangkan secara
partisipatif, baik misi, visi, maupun proses manajemen, yang dapat mereka
gunakan untuk mencapai keduanya. Pimpinan bisnis harus mengerti bahwa MMT
adalah suatu proses yang terdiri atas tiga prinsip dan elemen-elemen pendukung
yang harus mereka kelola agar mencapai perbaikan mutu yang berkesinambungan
sebagai kunci keunggulan bersaing.
- Pendidikan
dan Pelatihan
Mutu didasarkan pada keterampilan setiap karyawan yang pengertiannya tentang
apa yang dibutuhkan oleh pelanggan ini mencakup mendidik dan melatih semua
karyawan, memberikan informasi yang mereka butuhkan untuk menjamin perbaikan
mutu dan memecahkan persoalan. Pelatihan inti ini memastikan bahwa suatu bahasa
dan suatu set alat yang sama akan diperbaiki di seluruh perusahaan. Pelatihan
tambahan pada bench marking, statistik, dan teknik lainnya juga
digunakan dalam rangka mencapai kepuasan pelanggan yang paripurna.
- Struktur
Pendukung
Manajer senior mungkin memerlukan dukungan untuk melakukan perubahan yang
dianggap perlu dalam melaksanakan strategi pencapaian mutu. Dukungan semacam
ini mungkin diperoleh dari luar melalui konsultan. Akan tetapi, lebih baik
kalau diperoleh dari dalam organisasi itu sendiri. Suatu staf pendukung yang
kecil dapat membantu tim manajemen senior untuk mengartikan konsep mengenai
mutu, membantu melalui “network” dengan manajer mutu di bagian lain dalam
organisasi, dan membantu sebagai narasumber mengenai topik-topik yang
berhubungan dengan mutu bagi tim manajer senior.
- Komunikasi
Komunikasi dalam suatu lingkungan mutu mungkin perlu ditempuh dengan cara
berbeda-beda agar dapat berkomunimasi kepada seluruh karyawan mengenai suatu
komitmen yang sungguh-sungguh untuk melakukan perubahan dalam usaha peningkatan
mutu. Secara ideal manajer harus bertemu pribadi dengan para karyawan untuk
menyampaikan informasi, memberikan pengarahan, dan menjawab pertanyaan dari
setiap karyawan
5. Model TQM
Salah satu kerangka model TQM:
a. Ethics / etika
b. Integrity / integritas
c. Trust / kepercayaan
d. Training /diklat
e. Teamwork / kerja sama
f. Leadership / kepemimpinan
g. Recognition / akredibilitas
h. Communication / komunikasi
6. Elemen Kunci TQM
Model TQM di atas menunjukkan suatu philosophy bahwa
mutu yang diinginkan didapat dari kekuatan kepemimpinan, perencanaan, design,
dan peningkatan inisiatif. Kedelapan elemen kunci tersebut dapat dikelompokkan
menjadi empat bagian, yaitu sebagai berikut.
a. Foundation, termasuk di dalamnya ethics, integrity, and trust.
b. Building Bricks, termasuk di dalamnya training, teamwork, and
leadership.
c. Binding Mortar, termasuk di dalamnya adalah communication.
d. Roof adalah recognition.
Adapun penjabaran serta pengertian dari ke empat elemen diatas adalah
sebagai berikut :
- Foundation
TQM dibangun di atas suatu fondasi yang terdiri atas ethics,
integrity, dan trust. Ini akan menumbuhkan keterbukaan, keadilan,
ketulusan dan memberikan peluang bagi semua orang untuk ikut serta dalam proses
pelaksanaannya.Ketiga elemen kunci pada grup ini akan membuka potens TQM yang
luar biasa. Ketiganya berjalan beriringan, tetapi memberikan kontribusi yang
berbeda dan saling melengkapi dalam TQM. Adapun sebagai berikut :
a) Ethics adalah suatu bentuk kedisiplinan akan menjalankan halhal yang dianggap baik
oleh perusahaan dan menghindarkan diri dari tindakan-tindakan yang dianggap
buruk. Ada dua jenis etika perusahaan, yaitu yang berkaitan dengan etika bisnis
dan etika personal, etika dari individual SDM terhadap perusahaan dan sesama
SDM.
b) Integrity termasuk di dalamnuya adalah kejujuran, moralitas, nilai, keadilan, dan
ketulusan. Semuanya harus terwujud dalam hubungan antara komponen perusahaan
terhadap konsumen. Suatu perusahaan hendaknya mampu menilai apa yang konsumen
harapkan dan apa yang pantas diberikan kepada konsumen berdasarkan nilai-nilai
tersebut.
c) Trust kepercayaan di antara karyawan dan pihak-pihak terkait dengan perusahaan
akan memudahkan proses pengambilan keputusan dan pelaksanaan. Jadi, kepercayaan
akan mendatangkan lingkungan yang kooperatif terhadap TQM.
- Bricks
Setelah memiliki fondasi yang kuat, maka pilar
penyangga akan lebih kuat lagi dalam mencapai “atap“ yang menjadi tujuan TQM,
yaitu recognition. Bricks terdiri atas hal-hal berikut:
a) Training–Diklat sangat penting bagi karyawan untuk meningkatkan produktivitasnya.
Tugas diklat biasanya dibebankan pada supervisor atau badan tersendiri dari Human
Resources Departement. Pada dasarnya diklat yang dibutuhkan karyawan
di antaranya keahlian personal sesuai dengan pekerjaan masing-masing, kemampuan
untuk bekerja aktif dalam tim, pemecahan masalah, pembuatan keputusan, ekonomi
dan bisnis, dan keahlian teknis lainnya sehingga akan mampu mendapatkan
karyawan yang efektif.
b) Teamwork–Kekuatan tim akan lebih hebat dari individu. Dengan tim permasalahan akan
lebih cepat diselesaiakan dengan lebih banyak solusi yang dapat saling mengisi.
Tim juga akan mampu mingimprovisasi proses dan pelaksanaan TQM. Ada tiga tipe tim
yang disarankan dalam TQM, yaitu sebagai berikut:
1. Quality Improvement Teams or Excellence Teams (QITS) – Ini adalah bentukan tim yang sifatnya
temporer yang bertugas untuk menyelesaikan problem yang spesifik.
Biasanya bentukan tim ini digunakan dalam kurun waktu tiga
sampai dengan dua belas bulan. Tim ini juga biasanya digunakan
lagi ketika permasalahan yang sama timbul pada periode waktu berikutnya.
2. Problem Solving Teams (PSTs) – Tim ini juga bersifat temporer dengan tugas
menyelesaikan permasalahan yang juga spesifik dan mengidentifikasi serta menangani
penyebab permasalahan dengan kurun waktu satu minggu sampai dengan tiga bulan.
Dengan tingkat permasalahan yang lebih rendah daripada permasalahan yang
dihadapi QITS.
3. Natural Work Teams (NWTs) – Bentukan tim ini terdiri atas sekelompok
kecil SDM ahli di bidangnya dengan tiap-tiap anggota tim memikul tugas dan tanggug
jawab sendiri-sendiri yang dibagi berdasarkan kapabilitasnya. Konsep yang terdapat
di dalam tim yang melibatkan karyawan, kesanggupan me-manage tim secara
professional, dan kesatuan di antara anggota tim yang berupa lingkaran berkualitas.
Tim ini berkesinambungan tanpa ada batas waktu dengan jam kerja kurang lebih
satu sampai dengan dua jam setiap minggunya.
c)
Leadership – Bisa
dikatakan sebagai kunci utama dalam TQM. Sosok kepemimpinan dalam TQM hendaknya
yang memiliki visi ke depan dan mampu menginspirasi anggotanya. Pemimpin di
sini juga berarti mampu membuat arah strategi yang dapat dipahami oleh semua
komponen yang ada dengan nilai-nilai yang mewakili seluruh kepentingan. Sosok
kepemimpinan ini biasanya dipegang oleh seorang manajer. Dalam TQM juga dibutuhkan
supervisor yang berkomitmen untuk memimpin karyawan. Seorang supervisor harus
paham betul. TQM dengan seperangkat nilai dan philosophy yang terkandung
di dalamnya dan mampu mengkomunikasikannya ke seluruh elemen yang berada di
bawahnya. Intinya keseluruhan TQM harus dipahami, dipegang, dan dipimpin oleh perangkat
top management yang harusmemiliki komitmen tinggi terhadap hal tersebut.
Nilai obyektivitas harus dijunjung tinggi karena top management bertindak
dari planer sampai measurement.
- Binding Mortar
Binding Mortar merupakan elemen kunci yang melingkupi keseluruhan model
dari TQM. Communication – Komunikasi adalah suatu jembatan yang
menentukan keberhasilan TQM. Komunikasi yang tidak tepat dan tidak tertuju ke
sasaran akan mengakibatkan rubuhnya model TQM. Kesatuan dari keseluruhan elemen
kunci ini disatukan dengan suatu komunikasi yang tepat, yang tepat sasaran dan
tepat ide. Komunikasi yang baik dalam TQM diperlukan antara seluruh elemen
organisasi, supplier, dan konsumen. Dalam kondisi apa pun seorang
supervisor harus peka terhadap aliran informasi yang ada di sekitarnya yang
kemudian disampaikan ke manajemen untuk diolah sedemikian rupa menjadi suatu
keputusan terhadap suatu kondisi berupa informasi untuk kemudian disampaikan ke
pihak-pihak yang terkait. Ada beberapa macam komunikasi, yaitu sebagai berikut:
a. Downward communication – Aliran komunikasi dari atas ke bawah. Komunikasi ini
tergolong dominan dalam organisasi. Dari top manajemen yang menyampaikan informasi
ke supervisor, selanjutnya dari supervisor ke karyawan adalah contoh dari komunikasi
ini.
b. Upward communication – Dapat berupa kritikan karyawan terhadap manajemen
atau hasil mata-mata karyawan dan pengetahuan lainnya dari karyawan yang
disampaikan ke atas, demi kesempurnaan TQM.
c. Sideways communication – Komunikasi ini sangat penting karena memecah dinding
pembatas antara satu departemen dengan departemen lainnya. Tanpa kom
d. unikasi ini TQM akan terpecah dari satu departemen
dengan yang lainnya.
- Roof atau Recognition
Recognition adalah elemen terakhir dari TQM. Seharusnya elemen ini mampu memberikan sugesti
dan achivement bagi tim dan karyawan individual. Dengan seseorang
memperoleh suatu pengakuan, akredibilitas, maka secara otomatis akan terjadi
perubahan yang luar biasa dalam kepercayaan diri, self esteem, produktivitas,
dan kualitas kerja yang sesuai dengan mutu yang diharapkan perusahaan. Secara
tidak langsung hal inilah yang pada akhirnya akan memberikan kepuasan kepada konsumen
berupa produk dengan mutu yang tinggi sebagai hasil dari pemberdayaan SDM yang
berkualitas.
Pengakuan atau kredibilitas dapat terjadi dengan cara, terjadi pada tempat
serta terjadi pada waktu, antara lain sebagai berikut:
a) Cara – Berupa sertifikat penghargaan, trofi, plakat,
dan sebagainya.
b) Tempat – Penampilan yang baik dapat dilihat dari
kondisi kerja departemen, panitia, tim, dan top manajemen. Pengakuan di sini
terjadi di kalangan departemen, top manajemen, ataupun di kalangan karyawan
c) Waktu – Pengakuan dapat diberikan pada waktu tertentu,
seperti rapat staf, penghargaan yang sifatnya rutin, dan sebagainya.
4. Model TQM Yang Disederhanakan
Untuk membuat dan mengaplikasikan sebuah model dari Total Quality Management,
maka dilakukan langkahlangkah awal sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi elemen-elemen yang diperlukan untuk
kesuksesan pendekatan manajemen kualitas.
b. Mengetahui cara cara agar keseluruhan elemen tersebut
dapat terkoneksi satu dengan yang lain sehingga dapat mencapai tujuan.
c. Membuat pilihan-pilihan proses yang dapat dipilih
dalam mecapai tujuan dari manajemen kualitas.
d. Mempelajari keahlian dan pengetahuan untuk
menyeimbangankan perencanaan startegik perusahaan yang akan dilakukan dengan
rutinitas proses operasional sehari- hari.
e. Mempelajari keahlian dan pengetahuan yang akan
digunakan oleh tiap-tiap sumber daya manusia dan sumber daya perusahaan untuk
peningkatan aktivitas produksi sehari-hari.
f. Belajar untuk menghilangkan kesan cambukan SDM dalam
peningkatan produktivitas sebagai upaya mereka untuk menjadi karyawan pilihan
dalam satu bulan, tetapi membuat mereka melakukannya secara tulus.
g. Mempelajari keahlian manajemen dengan baik dan
mengetahui kebutuhan karyawan dan sumber daya perusahaan lainnya agar semua
elemen yang berperan dalam TQM dapat bekerja sampai pada titik tertinggi.
h. Menghindari titik kepuasan karyawan yang akan menyebabkan
mereka berhenti untuk meningkatkan produktivitas dan justru sebaliknya harus
mempelajari hal-hal yang membakar semangat mereka pada saat proses TQM
berlangsung.
Pelaksanaan Model TQM harus berpegang pada prinsip-prinsip kesuksesan model
TQM berikut:
A. Kesuksesan TQM membutuhkan perubahan tingkah laku dan
budaya
B. Manajemen TQM harus dipisah dari HRD dan Manajemen
Organisasional (OM), dengan kata lain divisi TQM hendaknya dibuat tersendiri.
C. Kesuksesan sistem TQM adalah kemampuan untuk memadukan
manajemen organisasi dengan Departemen Human Resource Development.
D. TQM, HRM, dan OM haruslah memiliki satu kesatuan
pandangan dan berkesinambungan.
Dua macam pendekatan Model TQM adalah sebagai berikut:
- Traditional Management Approach (Model Pendekatan Tradisional) Model ini
adalah model yang paling sering digunakan, yaitu pimpinan perusahaan
membuat suatu pendekatan TQM dengan memaksakan penerapan TQM
yang akan diberlakukan ke HRD dan OM. Hal ini berarti bahwa pimpinan
tidak berdampingan dengan HRD dan OM dalam merancang TQM itu
sendiri. Akibatnya adalah pendekatan ini dapat mengalami kegagalan
sebanyak 80%. Hal itu terjadi karena yang terkesan dari TQM dengan
pendekatan ini adalah Rat Race atau perburuan hadiah yang akan menimbulkan
cara-cara tidak sehat atau Run end atau kinerja yang mendadak berhenti
ketika seorang karyawan merasa tidak mampu ataupun sudah puas.
- Integrated Management Approach (Model Pendekatan Terpadu) TQM adalah
perpaduan dan penyeimbangan antara budaya kerja yang telah
ada di OM dan HRD dengan budaya yang akan diciptakan oleh TQM
sehingga tercipta suatu garis tengah yang menjembatani semua kebutuhan
dan kebudayaan HRD dan OM dengan alur dari TQM dengan tujuan
yang dibawa oleh TQM. Dengan demikian, di antara ketiganya akan
tercipta suatu integritas, kesepahaman, tanpa adanya rasa
saling dirugikan dan mereka akan berkinerja lebih baik tanpa perlu
merasakan aura kompetisi yang tidak sehat seperti Rat Race dan
Runs end. Tingkat keberhasilan sangat tinggi mengingat akan
disesuaikan antara tingkat keberhasilan yang diinginkan perusahaan
dengan kemampuan dan kemauan para pelaksana.
B. Quality Assurance
Quality
Assurance adalah seluruh kegiatan terencana dan sistematis yang
diimplementasikan di dalam sistem mutu. Quality Assurance sebagai bagian dalam
system mutu adalah peningkatan mutu dengan berbasis pencegahan dan
pemecahan masalah. Tujuan Quality Assurance : Peningkatan mutu layanan.
Peningkatan mutu adalah suatu proses pengukuran derajat kesempurnaan pelayanan
dibandingkan dengan standar dan tindakan perbaikan yang sistematik dan
berkesinambungan, untuk mencapai mutu pelayanan yang optimal sesuai dengan
standar dan sumber daya yang ada. QA biasanya membutuhkan evaluasi secara
terus-menerus dan biasanya digunakan sebagai alat bagi manajemen. Menurut Gryna
(1988), Quality Assurance merupakan kegiatan untuk memberikan bukti-bukti untuk
membangun kepercayaan bahwa kualitas dapat berfungsi secara efektif. Bentuk
Quality Assurance terdiri dari 2 yaitu : Individual based program dan team
based Activity, Dimana Individual based program dilakukan terhadap individu,
melalui pemantauan / monitoring (alatnya berbentuk dokumen atau pencatatan),
penilaian (internal audit) dan pengendalian (koreksi) . Sedangkan team based
activity merupakan kegiatan penilaian mutu terhadap team. Dengan menggunakan
langkah USE PDSA yang adalah:
Understanding Quality improvements State the quality problems
Evaluate the root causes.
1.
P: Plan the
solutions (merencanakan pemecahan masalah kualitas),
2.
D: Do- implement
the plan solutions,
3.
S: Study the solution results
4.
A: Act the standarize
the solutions
Selain itu,
tujuan dari diadakannya quality assurance ini adalah agar dapat memuaskan
berbagai pihak yang terkait di dalamnya, sehingga dapat berhasil mencapai
sasaran masing-masing. Penjaminan kualitas merupakan bagian yang menyatu dalam
membentuk kualitas produk dan jasa suatu organisasi atau perusahaan. Mekanisme
penjaminan kualitas yang digunakan juga harus dapat menghentikan perubahan bila
dinilai perubahan tersebut menuju ke arah penurunan atau kemunduran.melihat
pentingnya kegiatan Quality assurance di dalam keefektifan sistem mutu, maka
tidak heran di dalam hampir semua industri, baik industri barang atau jasa
(perbankan) terdapat fungsi Quality Assurance di dalam manajemen organisasinya.
Di dalam kegiatan Quality assurance tercakup di dalamnya pengendalian kualitas
dan inspeksi terhadap kualitas dimana kedua kegiatan tersebut merupakan bagian
dari komitmen terhadap mutu secara keseluruhan. Sekalipun begitu departemen yag
memegang Quality Assurance tidak bertugas untuk melakukan pengecekan pekerjaan
yang dilakukan bagian lain. Tetapi QA membantu bagian-bagian lain
sehingga dapat mengendalikan penerapan prosedur-prosedur yang berlaku
secara benar, sehingga dapat mencapai perbaikan dalam efisiensi, produktivitns,
dan profitabilitas. Yang diharapkan melalui Quality Assurance adalah
mengerjakan semua pekerjaan dengan baik dan benar di setiap waktu secara
efisien yaitu terkait dengan terkait dengan proses layanan sesuai dengan standar
pelayanan minimal atau standar mutu (SOP), dan secara efektif terkait
dengan tercapainya tujuan berupa keluaran dan hasil (efek) yang diharapkan atau
direncanakan.Monitoring & Langkah Monitoring QA Di dalam rangka
meningkatkan mutu melalui kegiatan Quality Assurance maka dilakukan monitoring
dengan menggunakan metoda baik kualitatif maupun kuantitatif. Kualitatif
misalnya: Flowchart, Brainstroming, NGT (Nominal Group Technique), Tree
Diagram, Fish Bone Analysis. Atau Kuantitatif misalnya: Tree Diagram, Fish Bone
Analysis, Pareto Diagram, Histogram.Berikut ini adalah langkah-langkah yang
digunakan dalam monitoring QA:- Melaksanakan dokumentasi dan membuat catatan
mutu :Manual Mutu Rencana Mutu Prosedur Perbaikan Catatan
Mutu Melakukan Audit (Internal dan Eksternal), menguji implementasi dan
efektivitas program peningkatan mutu dan ketaatan pada standar yang telah
ditetapkan.Kedua hal diatas dalam pelaksanaannya di organisasi harus diikuti
dengan komitmen dari seluruh unit fungsi di dalam organisasi. Dimana semua
memiliki persepsi atau mindset yang sama di dalam meningkatkan kualitas
perusahaan dan bersedia mendukung di dalam setiap aktivitas yang ada di
dalamnya. Termasuk di dalamnya melaksanakan kebijakan /manual mutu, membuat
rencana mutu, melakukan prosedur perbaikan dan membuat catatan mutu. Audit
internal dan eksternal perlu dilaksanakan untuk memastikan semua standard mutu
yang telah ditetapkan dilakukan secara konsisten di setiap bagian organisasi.
Salah satu keberhasilan dari team QA dapat diukur dari besarnya dukungan dan
kontribusi dari setiap unit organisasi dalam usaha meningkatkan mutu di
unitnya. Perlu diakui bersama bahwa kesulitan yang terbesar di dalam
melaksanakan kegiatan peningkatan mutu perusahaan adalah untuk
menyamakan persepsi dan kesadaran dari semua anggota organisasi perusahaan
mengenai peningkatan mutu.Untuk itu salah satu tugas team Quality Assurance
adalah secara periodik memberikan sosialisasi atau training yang
berkesinambungan bagi semua anggota organisasi mengenai visi dan misi Quality
Improvement. Dengan demikian setiap anggota organisasi memiliki kesadaran untuk
turut serta melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan standard mutu dan juga
bersedia melakukan perbaikan secara terus menerus, tidak sebagai beban tetapi
sebagai tanggung jawab dan bagian didalam performance yang dicapai.
C. Inspection
Pada
zaman ini, kualitas hanya melekat pada produk akhir. Dengan kata lain, masalah
kualitas berkaitan dengan produk rusak atau cacat. Zaman ini berlangsung di
negara Barat sekitar tahun 1800-an. Pada zaman ini, produsen mulai mendapatkan
pesaing dan produksi yang digunakan adalah produksi massal. Pemilahan terhadap
produk akhir dilakukan dengan melakukan inspeksi. Perhatian produsen terhadap
kualitas sangat terbatas. Manajemen puncak sama sekali tidak menaruh perhatian
terhadap kualitas produk, dan tanggung jawab terhadap kualitas produk
didelegasikan ke departemen inspeksi dengan titik berat penanganan terletak
pada produk akhir sebelum dilepas ke konsumen.
Pemeriksaan
(Inspection) merupakan suatu
aktivitas mengukur, menguji, pengetesan terhadap satu atau lebih karakteristik
dari suatu produk atau pelayanan dan membandingkan hasil yang diperoleh dengan
spesifikasi yang telah ditentukan. Dalam suatu sistem manufaktur, Inspection dilakukan dari mulai
pembuatan suatu komponen, perakitan komponen yang satu dengan yang lainnya
sampai menjadi suatu produk jadi sebelum produk tersebut dimasukkan ke gudang.
D. Quality Control
pada
zaman inspeksi terjadi penyimpangan atribut produk yang dihasilkan dari atribut
standar, departemen inspeksi tidak dapat mendeteksi apakah penyimpangan
tersebut disebabkan karena kesalahan pada produksi atau hanya karena kebetulan.
Dengan demikian, informasi yang diperoleh tidak dapat digunakan untuk melakukan
perbaikan terhadap produksi untuk mencegah terjadinya hal serupa. Tetapi pada statistical quality control era,
departemen inspeksi dilengkapi dengan alat dan metode statistik dalam
mendeteksi penyimpangan yang terjadi dalam atribut produk yang dihasilkan pada
proses produksi. Data penyimpangan tersebut dapat diberitahukan kepada
departemen produksi sebagai dasar diadakannya perbaikan terhadap proses dan
sistem yang digunakan untuk mengolah produk.
Pada
era ini, deteksi penyimpangan signifikan secara statistik sudah mulai dilakukan
oleh departemen produksi. Dengan demikian, kualitas produk sudah mulai
dikendalikan melalui departemen produksi, tidak sekadar diinspeksi oleh
departemen inspeksi pada akhir proses produksi. Akan tetapi, pada tahap ini,
konsep kualitas masih terbatas pada atribut yang melekat pada produk yang
sedang dan telah diproduksi. Era ini mulai berkembang pada tahun 1930 yang
diperkenalkan oleh Walter A. Shewart.
Pengendalian
kualitas merupakan suatu teknik operasional yang digunakan untuk menghasilkan
sesuatu yang berkualitas. Dimana sistem pengendalian kualitas adalah suatu alat
dan teknik dalam manajemen kualitas yang merupakan perkembangan dari kegiatan
pemeriksaan (inspection). Dalam
sistem pengendalian kualitas terdapat tujuh alat yang digunakan yaitu:
Histogram, Checksheet, Pareto analysis, Cause and Effect Diagram, Graphs,
Control Chart dan Scatter Diagram.
BAB III
KESIMPULAN
Kualitas merupakan
kondisi yang selalu berubah (misalnya apa yang dianggap merupakan kualitas saat
mi mungkin dianggap kurang berkualitas pada masa mendatang).
pengendalian kualitas merupakan suatu kegiatan yang sangat erat
hubungannya dengan proses produksi, dimana pada pengendalian kualitas ini
dilakukan pemeriksaan atau pengujian atas karakteristik kualitas yang dimiliki
produk guna penilaian atas kemampuan proses produksinya yang dikaitkan dengan
standar spesifikasi produk. Kemudian dengan analisis akan didapatkan
sebab-sebab terjadinya penyimpangan, sebagai dasar untuk mengambil tindakan
perbaikan dan pencegahan.
Total Quality
Management adalah pendekatan manajemen pada suatu organisasi, berfokus
pada kualitas dan didasarkan atas partisipasi dari keseluruhan sumber daya
manusia dan ditujukan pada kesuksesan jangka panjang melalui kepuasan pelanggan
dan memberikan manfaat pada anggota organisasi (sumber daya manusianya) dan
masyarakat.
Quality Assurance
adalah seluruh kegiatan terencana dan sistematis yang diimplementasikan di
dalam sistem mutu. Quality Assurance sebagai bagian dalam system mutu adalah
peningkatan mutu dengan berbasis pencegahan dan pemecahan masalah.
Pemeriksaan
(Inspection) merupakan suatu
aktivitas mengukur, menguji, pengetesan terhadap satu atau lebih karakteristik
dari suatu produk atau pelayanan dan membandingkan hasil yang diperoleh dengan
spesifikasi yang telah ditentukan.
DAFTAR
PUSTAKA
Cortada, James W., 1996,
Total Quality Management: Terapan Dalam Manajemen
Sistem Informasi, Penerbit ANDI, Yogyakarta.
Crosby,
Philip,
1992,
Total
Quality
Management
For Small Business: TQM
Implementation, The Creative Factory
Inc., Florida.
Peppard, Joe dan Rowland, Philip, 1997, The Essence of Business Process Re- Engineering. Diterjemahkan oleh Fandy
Tjiptono,
Penerbit
ANDI,
Yogyakarta.
www.isaca.org, How IS Internal
Controls Contribute to Total
Quality Management.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pengendalian
Kualitas
Kebutuhan pengendalian kualitas
timbul setelah masa revolusi industri, dimana proses produksi yang dilakukan
oleh mesin menimbulkan dua persoalan utama, yaitu:
a) Penggunaan
mesin mulai menggantikan kedudukan tenaga kerja manusia.
b) Produksi
barang dilakukan secara besar-besaran sehingga memerlukan keseragaman komponen
dalam proses assembling dimana hal
tersebut hanya dapat dilakukan oleh mesin.
Agar proses produksi berjalan
dengan lancar, dibutuhkan tenaga kerja untuk menyortir barang yang memiliki
kualitas dibawah standar, sehingga pada saat itu mulai dikenal usaha
pengendalian kualitas. Namun adanya perkembangan sistem mekanisasi industri
yang lebih maju menyebabkan keadaan industri menjadi tidak beraturan, sehingga
para produsen menjadi berkurang perhatiannya dalam menghasilkan barang-barang
yang bermutu tinggi. Sehingga timbul anggapan bahwa petugas yang melaksanakan
pengawasan merupakan penghalang bagi pekerja dan supervisor untuk dapat
melaksanakan kegiatan produksi.
Namun seiring dengan perkembangan
penerangan dan komunikasi, maka keadaan tersebut mulai berubah dimana
pentingnya peranan pengendalian kualitas semakin dibutuhkan sehingga prosedur
dan metode pengendalian mutu mulai dikembangkan kearah yang lebih baik.
1.2 Maksud dan Tujuan Pengendalian Kualitas
Maksud dari pengendalian kualitas
adalah mengusahakan produk akhir yang dihasilkan sesuai dengan spesifikasi
produk dan standar yang ditetapkan. Selain itu terdapat beberapa tujuan
dilakukannya usaha pengendalian kualitas, yaitu:
- Untuk
memperbaiki adanya proses yang tidak terkendali.
- Untuk
mengendalikan produk jadi, dalam hal ini dilakukan dengan sampling
penerimaan.
- Untuk
menghasilkan produk yang berkualitas.
- Mengusahakan
biaya inspeksi atau pemeriksaan dapat ditekan seminimal mungkin.
- mengusahakan
agar biaya desain produk dan proses dengan menggunakan mutu produksi
tertentu dapat menjadi seminimal mungkin.
- Mengusahakan
agar biaya produksi dapat ditekan serendah mungkin.
Dengan mengarah kepada pencapaian
tujuan diatas berarti akan terjadi peningkatan kualitas produk akhir,
pengendalian kualitas terhadap proses produksi yang berlangsung sehingga dapat
dilakukan tindakan-tindakan apabila terjadi perubahan yang tidak diharapkan.
BAB II
PENGENDALIAN KUALITAS
2.1 Pengertian Kualitas
Pengertian
kualitas mengandung banyak definisi dan makna, tergantung pada tujuan dan
penggunaannya. Adapun beberapa befenisi kualitas yang banyak digunakan, antara
lain:
- Kualitas
merupakan kesesuaian dengan persyaratan atau tuntutan.
- Kualitas
merupakan kecocokan dengan pemakaian.
- Kualitas
merupakan perbaikan dan penyempurnaan yang berkelanjutan.
- Kualitas
merupakan usaha pemenuhan kebutuhan konsumen sejak awal dan setiap saat.
- Kualitas
merupakan usaha untuk melakukan sejak awal secara tepat.
- Kualitas
merupakan sesuatu yang dapat memberikan kepuasan kepada konsumen.
Kualitas secara
umum dapat diartikan sebagai sejumlah karakter terukur yang menunjukkan derajat
kebaikan suatu produk, ataupun dapat diartikan sebagai suatu keadaan terbaik
dalam batas-batas kondisi tertentu sesuai dengan keinginan konsumen.
Pada umumnya
syarat-syarat kondisi yang diinginkan oleh konsumen sebagai hal yang paling
utama adalah harga produk dan manfaat produk. Kedua hal tersebut menyangkut:
a. Spesifikasi
dari karakteristik operasi.
b. Umur
produk dan keandalan.
c. Ongkos
pembuatan.
d. Kondisi
dimana produk dibuat.
e. Pemasangan
dan perawatan produk serta fasilitas di lapangan.
Adapun
karakteristik dari produk yang diinginkan oleh konsumen pada umumnya dapat
berupa keadaan dan keindahan bentuk dari produk. Sehingga secara singkat
kualitas dapat didefinisikan sebagai kepuasan dalam pemakaian produk yang
mencakup aspek:
Quality
of product :
Kualitas produk atau jasa
Quality
of cost :
Kualitas dari biaya
Quality
of delivery :
Kualitas pengiriman produk
Quality
of safety :
Kualitas keamanan
Quality
of morale :
Kualitas dalam melayani konsumen
Berdasarkan
pengertian kualitas diatas, maka yang menjadi penentu bagi karakteristik mutu
produk adalah konsumen, sehingga walaupun pihak produsen telah menghasilkan
suatu produk yang dianggap telah tepat untuk mencapai tujuan yang diharapkan,
namun konsumenlah yang menilai manfaat serta kualitas dari produk tersebut.
Sehingga dalam mendesain, memproduksi dan menjual suatu produk pihak produsen
harus berorientasi pada kepentingan konsumen.
2.2 Pengendalian Kualitas Secara Umum
Pada dasarnya
kegiatan pengendalian kualitas mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, karena
semua aspek yang mempengaruhi kualitas harus diperhatikan. Secara garis besar,
pengendalian kualitas dapat dibedakan menjadi tiga tingkatan yaitu pengendalian
kualitas pra proses, pengendalian kualitas selama proses berlangsung dan
pengendalian kualitas terhadap produk yang dihasilkan. Dengan demikian akan
dapat dikurangi penyimpangan-penyimpangan yang mungkin terjadi.
2.3 Perkembangan Kualitas
Pada mulanya
sistem untuk memonitor dan memanager
kualitas hanya berupa pengukuran (inspection),
yang akhirnya banyak mengalami perkembangan sehingga dikenal dengan adanya
sistem pengendalian kualitas (Quality Control)
serta jaminan kualitas (Quality Assurance).
Sejak tahun 1970, sistem-sistem tersebut diatas yaitu Inspection, Quality Control dan
Quality Assurance dikembangkan dan
disempurnakan menjadi Total Quality
Management (TQM). Dimana TQM ini mengintegrasikan semua level di atas
menjadi satu kesatuan untuk menghasilkan sesuatu yang berkualitas.
A.
Total Quality
Management
Perkembangan
mutu terpadu pada mulanya sebagai suatu sistem perkembangan di Amerika Serikat.
Buah pikiran mereka pada mulanya kurang diperhatikan oleh masyarakat, khususnya
masyarakat bisnis. Namun, beberapa dari mereka merupakan pemegang kunci dalam
pengenalan dan pengembangan konsep mutu. Sejak 1980 keterlibatan mereka dalam
manajemen terpadu telah dihargai di seluruh dunia.
TQM
adalah pendekatan manajemen pada suatu organisasi, berfokus pada kualitas dan
didasarkan atas partisipasi dari keseluruhan sumber daya manusia dan ditujukan
pada kesuksesan jangka panjang melalui kepuasan pelanggan dan memberikan manfaat pada
anggota organisasi (sumber daya manusianya) dan masyarakat TQM juga
diterjemahkan sebagai pendekatan berorientasi pelanggan yang memperkenalkan
perubahan manajemen yang sistematik dan perbaikan terus menerus terhadap
proses, produk, dan pelayanan suatu organisasi. Proses TQM memiliki input yang
spesifik (keinginan, kebutuhan, dan harapan pelanggan), mentransformasi
(memproses) input dalam organisasi untuk memproduksi barang atau jasa
yang pada gilirannya memberikan kepuasan kepada pelanggan (output). Tujuan utama Total
Quality Management adalah perbaikan mutu pelayanan secara terus-menerus.
Dengan demikian, juga Quality Management sendiri yang harus dilaksanakan
secara terus-menerus. Sejak tahun 1950-an pola pikir mengenai mutu terpadu atau
TQM sudah muncul di daratan Amerika dan Jepang dan akhirnya Koji Kobayashi,
salah satu CEO of NEC, diklaim sebagai orang pertama yang mempopulerkan TQM,
yang dia lakukan pada saat memberikan pidato pada pemberian penghargaan Deming
prize di tahun. Banyak perusahaan Jepang yang memperoleh sukses global karena memasarkan
produk yang sangat bermutu. Perusahaan/organisasi yang ingin mengikuti perlombaan/
bersaing untuk meraih laba/manfaat tidak ada jalan lain kecuali harus
menerapkan Total Quality Management. Philip Kolter (1994) mengatakan
“Quality is our best assurance of custemer allegiance, our strongest defence
against foreign competition and the only path to sustair growth and earnings”.
Di
Jepang, TQM dirangkum menjadi empat langkah, yaitu sebagai berikut:
- Kaizen: difokuskan
pada improvisasi proses berkelanjutan (continuous Improvement)
sehingga proses yang terjadi pada organisasi menjadi visible (dapat
dilihat), repeatable (dapat dilakukan secara berulang-ulang), dan measurable
(dapat diukur).
- Atarimae
Hinshitsu: berfokus pada efek intangible pada proses dan optimisasi
dari efek tersebut.
- Kansei: meneliti
cara penggunaan produk oleh konsumen untuk peningkatan kualitas produk itu
sendiri.
- Miryokuteki
Hinshitsu: manajemen taktis yang digunakan dalam produk yang siap untuk
diperdagangkan. Penerapan Total Quality Management dipermudah oleh
beberapa piranti, yang sering disebut “alat TQM”. Alat-alat ini membantu
kita menganalisis dan mengerti masalah-masalah serta membantu membuat perencanaan.
Delapan alat TQM yang diuraikan adalah sebagai
berikut:
- Curah Pendapat
(Sumbang Saran) – Brainstorming
Curah pendapat
adalah alat perencanaan yang dapat digunakan untuk mengembangkan kreativitas kelompok.
Curah pendapat dipakai, antara lain untuk menentukan sebab-sebab yang mungkin
dari suatu masalah atau merencanakan langkah-langkah suatu proyek.
- Diagram Alur
(Bagan Arus Proses)
Bagan arus
proses adalah satu alat perencanaan dan analisis yang digunakan, antara lain
untuk menyusun gambar proses tahap demi tahap untuk tujuan analisis, diskusi,
atau komunikasi dan menemukan wilayah-wilayah perbaikan dalam proses.
- Analisis SWOT
Analisis SWOT
adalah suatu alat analisis yang digunakan untuk menganalisis masalah-masalah
dengan kerangka Strengths (kekuatan), Weaknesses (kelemahan), Opportunities
(peluang), dan Threats (ancaman).
- Ranking Preferensi
Alat ini
merupakan suatu alat interpretasi yang dapat digunakan untuk memilih gagasan
dan pemecahan masalah di antara beberapa alternatif.
- Analisis Tulang
Ikan
Analisis tulang
ikan (juga dikenal sebagai diagram sebab-akibat) merupakan alat analisis,
antara lain untuk mengkategorikan berbagai sebab potensial dari suatu masalah
dan menganalisis apa yang sesungguhnya terjadi dalam suatu proses.
- Penilaian Kritis
Penilaian kritis
adalah alat bantu analisis yang dapat digunakan untuk memeriksa setiap proses
manufaktur, perakitan, atau jasa. Alat ini membantu kita untuk memikirkan
apakah proses itu memang dibutuhkan, tepat, dan apakah ada alternatif yang
lebih baik.
- Benchmarking
Benchmarking
adalah proses pengumpulan dan analisis data dari
organisasi kita dan dibandingkan dengan keadaan di dalam organisasi lain. Hasil
dari proses ini akan menjadi patokan untuk memperbaiki organisasi kita secara
terus menerus. Tujuan benchmarking adalah bagaimana organisasi kita bisa
dikembangkan sehingga menjadi yang terbaik.
- Diagram Analisa
Medan Daya (Bidang Kekuatan)
Diagram medan
daya merupakan suatu alat analisis yang dapat digunakan, antara lain untuk
mengidentifikasi berbagai kendala dalam mencapai suatu sasaran dan
mengidentifikasi berbagai sebab yang mungkin serta pemecahan dari suatu masalah
atau peluang.
Syarat-syarat pelaksanaan TQM dalam suatu perusahaan
adalah sebagai berikut:
- Setiap
perusahaan/organisasi harus secara terus meneurus melakukan perbaikan mutu
produk dan pelayanan sehingga dapat memuaskan para pelanggan.
- Memberikan
kepuasan kepada pemilik, pemasok, karyawan, dan para pemegang saham.
- Memiliki wawasan
jauh ke depan dalam mencari laba dan memberikan kepuasan.
- Fokus utama
ditujukan pada proses, baru menyusul hasil.
- Menciptakan kondisi
di mana para karyawan aktif berpartisipasi dalam menciptakan keunggulan
mutu.
- Ciptakan
kepemimpinan yang berorientasi pada bawahan dan aktif memotivasi karyawan
bukan dengan cara otoriter sehingga diperoleh suasana kondusif bagi
lahirnya ide-ide baru.
- Rela memberikan
ganjaran, pengakuan bagi yang sukses dan mudah memberikan maaf bagi yang
belum berhasil/berbuat salah.
- Setiap keputusan
harus berdasarkan pada data, baru berdasarkan pengalaman/ pendapat.
- Setiap langkah
kegiatan harus selalu terukur jelas sehingga pengawasan lebih mudah.
- Program pendidikan
dan pelatihan hendaknya menjadi urutan utama dalam upaya peningkatan mutu.
1.
Sejarah TQM
A. 1946
– 1950, periode perintisan dan penelitian. Dr.W.E.Deming menyampaikan seminar 8
hari mengenai kualitas pada para ilmuwan, insinyur, dan para eksekutif
perusahaan Jepang.
B. 1951
– 1954, periode pengendalian mutu statistik (Statistical Quality Qontrol)
C. 1955
– 1960, periode pengendalian mutu sistematik. Diperkenalkan istilah CWQC (
Company Wide Quality Control )
D. 1961
– sekarang, periode pemantapan dan pengembangan. Prof.DR.Kaoru Ishikawa
memperkenalkan Gugus Kendali Mutu (Quality Control Circle)
2.
Prinsip
TQM
Prinsip-prinsip TQM:
a. Kepuasan
pelanggan
b. Partisipasi
c. Manajemen
berdasar fakta
d. Perbaikan
berkesinambungan
3.
Unsur-unsur
TQM:
a. Pelanggan
(internal dan eksternal)
b. Obsesi
terhadap kualitas
c. Pendekatan
Ilmiah
d. Komitmen
jangka panjang
e. Kerjasama
tim
f. Perbaikan
sistem berkelanjutan
g. Pendidikan
dan Pelatihan
h. Kebebasan
terkendali
i.
Kesatuan tujuan
Keterlibatan dan
pemberdayaan karyawan
4.
Elemen Pendukung Dalam TQM
Elemen-elemen pendukung TQM dimaksud adalah sebagai berikut.
- Kepemimpinan
Manajer senior harus mengarahkan upaya pencapaian tujuan dengan memberikan,
menggunakan alat dan bahan yang komunikatif, menggunakan data dan menggali
siapa-siapa yang berhasil menerapkan konsep manajemen mutu terpadu. Ketika
memutuskan untuk menggunakan MMT/TQM sebagai kunci proses manajemen, peranan
manajer senior sebagai penasihat, guru, dan pimpinan tidak bisa
diremehkan.Pimpinan Senior suatu organisasi harus sepenuhnya menghayati
implikasi manajemen di dalam suatu ekonomi internasional di mana manajer yang
paling berhasil, paling mampu, dan paling hebat pendidikannya di dunia harus
diperebutkan melalui persaingan yang ketat. Kenyataan hidup yang berat ini akan
menyadarkan manajer senior mengakui bahwa mereka harus mengembangkan secara
partisipatif, baik misi, visi, maupun proses manajemen, yang dapat mereka
gunakan untuk mencapai keduanya. Pimpinan bisnis harus mengerti bahwa MMT
adalah suatu proses yang terdiri atas tiga prinsip dan elemen-elemen pendukung
yang harus mereka kelola agar mencapai perbaikan mutu yang berkesinambungan
sebagai kunci keunggulan bersaing.
- Pendidikan
dan Pelatihan
Mutu didasarkan pada keterampilan setiap karyawan yang pengertiannya tentang
apa yang dibutuhkan oleh pelanggan ini mencakup mendidik dan melatih semua
karyawan, memberikan informasi yang mereka butuhkan untuk menjamin perbaikan
mutu dan memecahkan persoalan. Pelatihan inti ini memastikan bahwa suatu bahasa
dan suatu set alat yang sama akan diperbaiki di seluruh perusahaan. Pelatihan
tambahan pada bench marking, statistik, dan teknik lainnya juga
digunakan dalam rangka mencapai kepuasan pelanggan yang paripurna.
- Struktur
Pendukung
Manajer senior mungkin memerlukan dukungan untuk melakukan perubahan yang
dianggap perlu dalam melaksanakan strategi pencapaian mutu. Dukungan semacam
ini mungkin diperoleh dari luar melalui konsultan. Akan tetapi, lebih baik
kalau diperoleh dari dalam organisasi itu sendiri. Suatu staf pendukung yang
kecil dapat membantu tim manajemen senior untuk mengartikan konsep mengenai
mutu, membantu melalui “network” dengan manajer mutu di bagian lain dalam
organisasi, dan membantu sebagai narasumber mengenai topik-topik yang
berhubungan dengan mutu bagi tim manajer senior.
- Komunikasi
Komunikasi dalam suatu lingkungan mutu mungkin perlu ditempuh dengan cara
berbeda-beda agar dapat berkomunimasi kepada seluruh karyawan mengenai suatu
komitmen yang sungguh-sungguh untuk melakukan perubahan dalam usaha peningkatan
mutu. Secara ideal manajer harus bertemu pribadi dengan para karyawan untuk
menyampaikan informasi, memberikan pengarahan, dan menjawab pertanyaan dari
setiap karyawan
5. Model TQM
Salah satu kerangka model TQM:
a. Ethics / etika
b. Integrity / integritas
c. Trust / kepercayaan
d. Training /diklat
e. Teamwork / kerja sama
f. Leadership / kepemimpinan
g. Recognition / akredibilitas
h. Communication / komunikasi
6. Elemen Kunci TQM
Model TQM di atas menunjukkan suatu philosophy bahwa
mutu yang diinginkan didapat dari kekuatan kepemimpinan, perencanaan, design,
dan peningkatan inisiatif. Kedelapan elemen kunci tersebut dapat dikelompokkan
menjadi empat bagian, yaitu sebagai berikut.
a. Foundation, termasuk di dalamnya ethics, integrity, and trust.
b. Building Bricks, termasuk di dalamnya training, teamwork, and
leadership.
c. Binding Mortar, termasuk di dalamnya adalah communication.
d. Roof adalah recognition.
Adapun penjabaran serta pengertian dari ke empat elemen diatas adalah
sebagai berikut :
- Foundation
TQM dibangun di atas suatu fondasi yang terdiri atas ethics,
integrity, dan trust. Ini akan menumbuhkan keterbukaan, keadilan,
ketulusan dan memberikan peluang bagi semua orang untuk ikut serta dalam proses
pelaksanaannya.Ketiga elemen kunci pada grup ini akan membuka potens TQM yang
luar biasa. Ketiganya berjalan beriringan, tetapi memberikan kontribusi yang
berbeda dan saling melengkapi dalam TQM. Adapun sebagai berikut :
a) Ethics adalah suatu bentuk kedisiplinan akan menjalankan halhal yang dianggap baik
oleh perusahaan dan menghindarkan diri dari tindakan-tindakan yang dianggap
buruk. Ada dua jenis etika perusahaan, yaitu yang berkaitan dengan etika bisnis
dan etika personal, etika dari individual SDM terhadap perusahaan dan sesama
SDM.
b) Integrity termasuk di dalamnuya adalah kejujuran, moralitas, nilai, keadilan, dan
ketulusan. Semuanya harus terwujud dalam hubungan antara komponen perusahaan
terhadap konsumen. Suatu perusahaan hendaknya mampu menilai apa yang konsumen
harapkan dan apa yang pantas diberikan kepada konsumen berdasarkan nilai-nilai
tersebut.
c) Trust kepercayaan di antara karyawan dan pihak-pihak terkait dengan perusahaan
akan memudahkan proses pengambilan keputusan dan pelaksanaan. Jadi, kepercayaan
akan mendatangkan lingkungan yang kooperatif terhadap TQM.
- Bricks
Setelah memiliki fondasi yang kuat, maka pilar
penyangga akan lebih kuat lagi dalam mencapai “atap“ yang menjadi tujuan TQM,
yaitu recognition. Bricks terdiri atas hal-hal berikut:
a) Training–Diklat sangat penting bagi karyawan untuk meningkatkan produktivitasnya.
Tugas diklat biasanya dibebankan pada supervisor atau badan tersendiri dari Human
Resources Departement. Pada dasarnya diklat yang dibutuhkan karyawan
di antaranya keahlian personal sesuai dengan pekerjaan masing-masing, kemampuan
untuk bekerja aktif dalam tim, pemecahan masalah, pembuatan keputusan, ekonomi
dan bisnis, dan keahlian teknis lainnya sehingga akan mampu mendapatkan
karyawan yang efektif.
b) Teamwork–Kekuatan tim akan lebih hebat dari individu. Dengan tim permasalahan akan
lebih cepat diselesaiakan dengan lebih banyak solusi yang dapat saling mengisi.
Tim juga akan mampu mingimprovisasi proses dan pelaksanaan TQM. Ada tiga tipe tim
yang disarankan dalam TQM, yaitu sebagai berikut:
1. Quality Improvement Teams or Excellence Teams (QITS) – Ini adalah bentukan tim yang sifatnya
temporer yang bertugas untuk menyelesaikan problem yang spesifik.
Biasanya bentukan tim ini digunakan dalam kurun waktu tiga
sampai dengan dua belas bulan. Tim ini juga biasanya digunakan
lagi ketika permasalahan yang sama timbul pada periode waktu berikutnya.
2. Problem Solving Teams (PSTs) – Tim ini juga bersifat temporer dengan tugas
menyelesaikan permasalahan yang juga spesifik dan mengidentifikasi serta menangani
penyebab permasalahan dengan kurun waktu satu minggu sampai dengan tiga bulan.
Dengan tingkat permasalahan yang lebih rendah daripada permasalahan yang
dihadapi QITS.
3. Natural Work Teams (NWTs) – Bentukan tim ini terdiri atas sekelompok
kecil SDM ahli di bidangnya dengan tiap-tiap anggota tim memikul tugas dan tanggug
jawab sendiri-sendiri yang dibagi berdasarkan kapabilitasnya. Konsep yang terdapat
di dalam tim yang melibatkan karyawan, kesanggupan me-manage tim secara
professional, dan kesatuan di antara anggota tim yang berupa lingkaran berkualitas.
Tim ini berkesinambungan tanpa ada batas waktu dengan jam kerja kurang lebih
satu sampai dengan dua jam setiap minggunya.
c)
Leadership – Bisa
dikatakan sebagai kunci utama dalam TQM. Sosok kepemimpinan dalam TQM hendaknya
yang memiliki visi ke depan dan mampu menginspirasi anggotanya. Pemimpin di
sini juga berarti mampu membuat arah strategi yang dapat dipahami oleh semua
komponen yang ada dengan nilai-nilai yang mewakili seluruh kepentingan. Sosok
kepemimpinan ini biasanya dipegang oleh seorang manajer. Dalam TQM juga dibutuhkan
supervisor yang berkomitmen untuk memimpin karyawan. Seorang supervisor harus
paham betul. TQM dengan seperangkat nilai dan philosophy yang terkandung
di dalamnya dan mampu mengkomunikasikannya ke seluruh elemen yang berada di
bawahnya. Intinya keseluruhan TQM harus dipahami, dipegang, dan dipimpin oleh perangkat
top management yang harusmemiliki komitmen tinggi terhadap hal tersebut.
Nilai obyektivitas harus dijunjung tinggi karena top management bertindak
dari planer sampai measurement.
- Binding Mortar
Binding Mortar merupakan elemen kunci yang melingkupi keseluruhan model
dari TQM. Communication – Komunikasi adalah suatu jembatan yang
menentukan keberhasilan TQM. Komunikasi yang tidak tepat dan tidak tertuju ke
sasaran akan mengakibatkan rubuhnya model TQM. Kesatuan dari keseluruhan elemen
kunci ini disatukan dengan suatu komunikasi yang tepat, yang tepat sasaran dan
tepat ide. Komunikasi yang baik dalam TQM diperlukan antara seluruh elemen
organisasi, supplier, dan konsumen. Dalam kondisi apa pun seorang
supervisor harus peka terhadap aliran informasi yang ada di sekitarnya yang
kemudian disampaikan ke manajemen untuk diolah sedemikian rupa menjadi suatu
keputusan terhadap suatu kondisi berupa informasi untuk kemudian disampaikan ke
pihak-pihak yang terkait. Ada beberapa macam komunikasi, yaitu sebagai berikut:
a. Downward communication – Aliran komunikasi dari atas ke bawah. Komunikasi ini
tergolong dominan dalam organisasi. Dari top manajemen yang menyampaikan informasi
ke supervisor, selanjutnya dari supervisor ke karyawan adalah contoh dari komunikasi
ini.
b. Upward communication – Dapat berupa kritikan karyawan terhadap manajemen
atau hasil mata-mata karyawan dan pengetahuan lainnya dari karyawan yang
disampaikan ke atas, demi kesempurnaan TQM.
c. Sideways communication – Komunikasi ini sangat penting karena memecah dinding
pembatas antara satu departemen dengan departemen lainnya. Tanpa kom
d. unikasi ini TQM akan terpecah dari satu departemen
dengan yang lainnya.
- Roof atau Recognition
Recognition adalah elemen terakhir dari TQM. Seharusnya elemen ini mampu memberikan sugesti
dan achivement bagi tim dan karyawan individual. Dengan seseorang
memperoleh suatu pengakuan, akredibilitas, maka secara otomatis akan terjadi
perubahan yang luar biasa dalam kepercayaan diri, self esteem, produktivitas,
dan kualitas kerja yang sesuai dengan mutu yang diharapkan perusahaan. Secara
tidak langsung hal inilah yang pada akhirnya akan memberikan kepuasan kepada konsumen
berupa produk dengan mutu yang tinggi sebagai hasil dari pemberdayaan SDM yang
berkualitas.
Pengakuan atau kredibilitas dapat terjadi dengan cara, terjadi pada tempat
serta terjadi pada waktu, antara lain sebagai berikut:
a) Cara – Berupa sertifikat penghargaan, trofi, plakat,
dan sebagainya.
b) Tempat – Penampilan yang baik dapat dilihat dari
kondisi kerja departemen, panitia, tim, dan top manajemen. Pengakuan di sini
terjadi di kalangan departemen, top manajemen, ataupun di kalangan karyawan
c) Waktu – Pengakuan dapat diberikan pada waktu tertentu,
seperti rapat staf, penghargaan yang sifatnya rutin, dan sebagainya.
4. Model TQM Yang Disederhanakan
Untuk membuat dan mengaplikasikan sebuah model dari Total Quality Management,
maka dilakukan langkahlangkah awal sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi elemen-elemen yang diperlukan untuk
kesuksesan pendekatan manajemen kualitas.
b. Mengetahui cara cara agar keseluruhan elemen tersebut
dapat terkoneksi satu dengan yang lain sehingga dapat mencapai tujuan.
c. Membuat pilihan-pilihan proses yang dapat dipilih
dalam mecapai tujuan dari manajemen kualitas.
d. Mempelajari keahlian dan pengetahuan untuk
menyeimbangankan perencanaan startegik perusahaan yang akan dilakukan dengan
rutinitas proses operasional sehari- hari.
e. Mempelajari keahlian dan pengetahuan yang akan
digunakan oleh tiap-tiap sumber daya manusia dan sumber daya perusahaan untuk
peningkatan aktivitas produksi sehari-hari.
f. Belajar untuk menghilangkan kesan cambukan SDM dalam
peningkatan produktivitas sebagai upaya mereka untuk menjadi karyawan pilihan
dalam satu bulan, tetapi membuat mereka melakukannya secara tulus.
g. Mempelajari keahlian manajemen dengan baik dan
mengetahui kebutuhan karyawan dan sumber daya perusahaan lainnya agar semua
elemen yang berperan dalam TQM dapat bekerja sampai pada titik tertinggi.
h. Menghindari titik kepuasan karyawan yang akan menyebabkan
mereka berhenti untuk meningkatkan produktivitas dan justru sebaliknya harus
mempelajari hal-hal yang membakar semangat mereka pada saat proses TQM
berlangsung.
Pelaksanaan Model TQM harus berpegang pada prinsip-prinsip kesuksesan model
TQM berikut:
A. Kesuksesan TQM membutuhkan perubahan tingkah laku dan
budaya
B. Manajemen TQM harus dipisah dari HRD dan Manajemen
Organisasional (OM), dengan kata lain divisi TQM hendaknya dibuat tersendiri.
C. Kesuksesan sistem TQM adalah kemampuan untuk memadukan
manajemen organisasi dengan Departemen Human Resource Development.
D. TQM, HRM, dan OM haruslah memiliki satu kesatuan
pandangan dan berkesinambungan.
Dua macam pendekatan Model TQM adalah sebagai berikut:
- Traditional Management Approach (Model Pendekatan Tradisional) Model ini
adalah model yang paling sering digunakan, yaitu pimpinan perusahaan
membuat suatu pendekatan TQM dengan memaksakan penerapan TQM
yang akan diberlakukan ke HRD dan OM. Hal ini berarti bahwa pimpinan
tidak berdampingan dengan HRD dan OM dalam merancang TQM itu
sendiri. Akibatnya adalah pendekatan ini dapat mengalami kegagalan
sebanyak 80%. Hal itu terjadi karena yang terkesan dari TQM dengan
pendekatan ini adalah Rat Race atau perburuan hadiah yang akan menimbulkan
cara-cara tidak sehat atau Run end atau kinerja yang mendadak berhenti
ketika seorang karyawan merasa tidak mampu ataupun sudah puas.
- Integrated Management Approach (Model Pendekatan Terpadu) TQM adalah
perpaduan dan penyeimbangan antara budaya kerja yang telah
ada di OM dan HRD dengan budaya yang akan diciptakan oleh TQM
sehingga tercipta suatu garis tengah yang menjembatani semua kebutuhan
dan kebudayaan HRD dan OM dengan alur dari TQM dengan tujuan
yang dibawa oleh TQM. Dengan demikian, di antara ketiganya akan
tercipta suatu integritas, kesepahaman, tanpa adanya rasa
saling dirugikan dan mereka akan berkinerja lebih baik tanpa perlu
merasakan aura kompetisi yang tidak sehat seperti Rat Race dan
Runs end. Tingkat keberhasilan sangat tinggi mengingat akan
disesuaikan antara tingkat keberhasilan yang diinginkan perusahaan
dengan kemampuan dan kemauan para pelaksana.
B. Quality Assurance
Quality
Assurance adalah seluruh kegiatan terencana dan sistematis yang
diimplementasikan di dalam sistem mutu. Quality Assurance sebagai bagian dalam
system mutu adalah peningkatan mutu dengan berbasis pencegahan dan
pemecahan masalah. Tujuan Quality Assurance : Peningkatan mutu layanan.
Peningkatan mutu adalah suatu proses pengukuran derajat kesempurnaan pelayanan
dibandingkan dengan standar dan tindakan perbaikan yang sistematik dan
berkesinambungan, untuk mencapai mutu pelayanan yang optimal sesuai dengan
standar dan sumber daya yang ada. QA biasanya membutuhkan evaluasi secara
terus-menerus dan biasanya digunakan sebagai alat bagi manajemen. Menurut Gryna
(1988), Quality Assurance merupakan kegiatan untuk memberikan bukti-bukti untuk
membangun kepercayaan bahwa kualitas dapat berfungsi secara efektif. Bentuk
Quality Assurance terdiri dari 2 yaitu : Individual based program dan team
based Activity, Dimana Individual based program dilakukan terhadap individu,
melalui pemantauan / monitoring (alatnya berbentuk dokumen atau pencatatan),
penilaian (internal audit) dan pengendalian (koreksi) . Sedangkan team based
activity merupakan kegiatan penilaian mutu terhadap team. Dengan menggunakan
langkah USE PDSA yang adalah:
Understanding Quality improvements State the quality problems
Evaluate the root causes.
1.
P: Plan the
solutions (merencanakan pemecahan masalah kualitas),
2.
D: Do- implement
the plan solutions,
3.
S: Study the solution results
4.
A: Act the standarize
the solutions
Selain itu,
tujuan dari diadakannya quality assurance ini adalah agar dapat memuaskan
berbagai pihak yang terkait di dalamnya, sehingga dapat berhasil mencapai
sasaran masing-masing. Penjaminan kualitas merupakan bagian yang menyatu dalam
membentuk kualitas produk dan jasa suatu organisasi atau perusahaan. Mekanisme
penjaminan kualitas yang digunakan juga harus dapat menghentikan perubahan bila
dinilai perubahan tersebut menuju ke arah penurunan atau kemunduran.melihat
pentingnya kegiatan Quality assurance di dalam keefektifan sistem mutu, maka
tidak heran di dalam hampir semua industri, baik industri barang atau jasa
(perbankan) terdapat fungsi Quality Assurance di dalam manajemen organisasinya.
Di dalam kegiatan Quality assurance tercakup di dalamnya pengendalian kualitas
dan inspeksi terhadap kualitas dimana kedua kegiatan tersebut merupakan bagian
dari komitmen terhadap mutu secara keseluruhan. Sekalipun begitu departemen yag
memegang Quality Assurance tidak bertugas untuk melakukan pengecekan pekerjaan
yang dilakukan bagian lain. Tetapi QA membantu bagian-bagian lain
sehingga dapat mengendalikan penerapan prosedur-prosedur yang berlaku
secara benar, sehingga dapat mencapai perbaikan dalam efisiensi, produktivitns,
dan profitabilitas. Yang diharapkan melalui Quality Assurance adalah
mengerjakan semua pekerjaan dengan baik dan benar di setiap waktu secara
efisien yaitu terkait dengan terkait dengan proses layanan sesuai dengan standar
pelayanan minimal atau standar mutu (SOP), dan secara efektif terkait
dengan tercapainya tujuan berupa keluaran dan hasil (efek) yang diharapkan atau
direncanakan.Monitoring & Langkah Monitoring QA Di dalam rangka
meningkatkan mutu melalui kegiatan Quality Assurance maka dilakukan monitoring
dengan menggunakan metoda baik kualitatif maupun kuantitatif. Kualitatif
misalnya: Flowchart, Brainstroming, NGT (Nominal Group Technique), Tree
Diagram, Fish Bone Analysis. Atau Kuantitatif misalnya: Tree Diagram, Fish Bone
Analysis, Pareto Diagram, Histogram.Berikut ini adalah langkah-langkah yang
digunakan dalam monitoring QA:- Melaksanakan dokumentasi dan membuat catatan
mutu :Manual Mutu Rencana Mutu Prosedur Perbaikan Catatan
Mutu Melakukan Audit (Internal dan Eksternal), menguji implementasi dan
efektivitas program peningkatan mutu dan ketaatan pada standar yang telah
ditetapkan.Kedua hal diatas dalam pelaksanaannya di organisasi harus diikuti
dengan komitmen dari seluruh unit fungsi di dalam organisasi. Dimana semua
memiliki persepsi atau mindset yang sama di dalam meningkatkan kualitas
perusahaan dan bersedia mendukung di dalam setiap aktivitas yang ada di
dalamnya. Termasuk di dalamnya melaksanakan kebijakan /manual mutu, membuat
rencana mutu, melakukan prosedur perbaikan dan membuat catatan mutu. Audit
internal dan eksternal perlu dilaksanakan untuk memastikan semua standard mutu
yang telah ditetapkan dilakukan secara konsisten di setiap bagian organisasi.
Salah satu keberhasilan dari team QA dapat diukur dari besarnya dukungan dan
kontribusi dari setiap unit organisasi dalam usaha meningkatkan mutu di
unitnya. Perlu diakui bersama bahwa kesulitan yang terbesar di dalam
melaksanakan kegiatan peningkatan mutu perusahaan adalah untuk
menyamakan persepsi dan kesadaran dari semua anggota organisasi perusahaan
mengenai peningkatan mutu.Untuk itu salah satu tugas team Quality Assurance
adalah secara periodik memberikan sosialisasi atau training yang
berkesinambungan bagi semua anggota organisasi mengenai visi dan misi Quality
Improvement. Dengan demikian setiap anggota organisasi memiliki kesadaran untuk
turut serta melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan standard mutu dan juga
bersedia melakukan perbaikan secara terus menerus, tidak sebagai beban tetapi
sebagai tanggung jawab dan bagian didalam performance yang dicapai.
C. Inspection
Pada
zaman ini, kualitas hanya melekat pada produk akhir. Dengan kata lain, masalah
kualitas berkaitan dengan produk rusak atau cacat. Zaman ini berlangsung di
negara Barat sekitar tahun 1800-an. Pada zaman ini, produsen mulai mendapatkan
pesaing dan produksi yang digunakan adalah produksi massal. Pemilahan terhadap
produk akhir dilakukan dengan melakukan inspeksi. Perhatian produsen terhadap
kualitas sangat terbatas. Manajemen puncak sama sekali tidak menaruh perhatian
terhadap kualitas produk, dan tanggung jawab terhadap kualitas produk
didelegasikan ke departemen inspeksi dengan titik berat penanganan terletak
pada produk akhir sebelum dilepas ke konsumen.
Pemeriksaan
(Inspection) merupakan suatu
aktivitas mengukur, menguji, pengetesan terhadap satu atau lebih karakteristik
dari suatu produk atau pelayanan dan membandingkan hasil yang diperoleh dengan
spesifikasi yang telah ditentukan. Dalam suatu sistem manufaktur, Inspection dilakukan dari mulai
pembuatan suatu komponen, perakitan komponen yang satu dengan yang lainnya
sampai menjadi suatu produk jadi sebelum produk tersebut dimasukkan ke gudang.
D. Quality Control
pada
zaman inspeksi terjadi penyimpangan atribut produk yang dihasilkan dari atribut
standar, departemen inspeksi tidak dapat mendeteksi apakah penyimpangan
tersebut disebabkan karena kesalahan pada produksi atau hanya karena kebetulan.
Dengan demikian, informasi yang diperoleh tidak dapat digunakan untuk melakukan
perbaikan terhadap produksi untuk mencegah terjadinya hal serupa. Tetapi pada statistical quality control era,
departemen inspeksi dilengkapi dengan alat dan metode statistik dalam
mendeteksi penyimpangan yang terjadi dalam atribut produk yang dihasilkan pada
proses produksi. Data penyimpangan tersebut dapat diberitahukan kepada
departemen produksi sebagai dasar diadakannya perbaikan terhadap proses dan
sistem yang digunakan untuk mengolah produk.
Pada
era ini, deteksi penyimpangan signifikan secara statistik sudah mulai dilakukan
oleh departemen produksi. Dengan demikian, kualitas produk sudah mulai
dikendalikan melalui departemen produksi, tidak sekadar diinspeksi oleh
departemen inspeksi pada akhir proses produksi. Akan tetapi, pada tahap ini,
konsep kualitas masih terbatas pada atribut yang melekat pada produk yang
sedang dan telah diproduksi. Era ini mulai berkembang pada tahun 1930 yang
diperkenalkan oleh Walter A. Shewart.
Pengendalian
kualitas merupakan suatu teknik operasional yang digunakan untuk menghasilkan
sesuatu yang berkualitas. Dimana sistem pengendalian kualitas adalah suatu alat
dan teknik dalam manajemen kualitas yang merupakan perkembangan dari kegiatan
pemeriksaan (inspection). Dalam
sistem pengendalian kualitas terdapat tujuh alat yang digunakan yaitu:
Histogram, Checksheet, Pareto analysis, Cause and Effect Diagram, Graphs,
Control Chart dan Scatter Diagram.
BAB III
KESIMPULAN
Kualitas merupakan
kondisi yang selalu berubah (misalnya apa yang dianggap merupakan kualitas saat
mi mungkin dianggap kurang berkualitas pada masa mendatang).
pengendalian kualitas merupakan suatu kegiatan yang sangat erat
hubungannya dengan proses produksi, dimana pada pengendalian kualitas ini
dilakukan pemeriksaan atau pengujian atas karakteristik kualitas yang dimiliki
produk guna penilaian atas kemampuan proses produksinya yang dikaitkan dengan
standar spesifikasi produk. Kemudian dengan analisis akan didapatkan
sebab-sebab terjadinya penyimpangan, sebagai dasar untuk mengambil tindakan
perbaikan dan pencegahan.
Total Quality
Management adalah pendekatan manajemen pada suatu organisasi, berfokus
pada kualitas dan didasarkan atas partisipasi dari keseluruhan sumber daya
manusia dan ditujukan pada kesuksesan jangka panjang melalui kepuasan pelanggan
dan memberikan manfaat pada anggota organisasi (sumber daya manusianya) dan
masyarakat.
Quality Assurance
adalah seluruh kegiatan terencana dan sistematis yang diimplementasikan di
dalam sistem mutu. Quality Assurance sebagai bagian dalam system mutu adalah
peningkatan mutu dengan berbasis pencegahan dan pemecahan masalah.
Pemeriksaan
(Inspection) merupakan suatu
aktivitas mengukur, menguji, pengetesan terhadap satu atau lebih karakteristik
dari suatu produk atau pelayanan dan membandingkan hasil yang diperoleh dengan
spesifikasi yang telah ditentukan.
DAFTAR
PUSTAKA
Cortada, James W., 1996,
Total Quality Management: Terapan Dalam Manajemen
Sistem Informasi, Penerbit ANDI, Yogyakarta.
Crosby,
Philip,
1992,
Total
Quality
Management
For Small Business: TQM
Implementation, The Creative Factory
Inc., Florida.
Peppard, Joe dan Rowland, Philip, 1997, The Essence of Business Process Re- Engineering. Diterjemahkan oleh Fandy
Tjiptono,
Penerbit
ANDI,
Yogyakarta.
www.isaca.org, How IS Internal
Controls Contribute to Total
Quality Management.
- Kepemimpinan
- Pendidikan
dan Pelatihan
- Struktur
Pendukung
- Komunikasi
- Foundation
- Bricks
- Binding Mortar
- Roof atau Recognition
- Traditional Management Approach (Model Pendekatan Tradisional) Model ini
adalah model yang paling sering digunakan, yaitu pimpinan perusahaan
membuat suatu pendekatan TQM dengan memaksakan penerapan TQM
yang akan diberlakukan ke HRD dan OM. Hal ini berarti bahwa pimpinan
tidak berdampingan dengan HRD dan OM dalam merancang TQM itu
sendiri. Akibatnya adalah pendekatan ini dapat mengalami kegagalan
sebanyak 80%. Hal itu terjadi karena yang terkesan dari TQM dengan
pendekatan ini adalah Rat Race atau perburuan hadiah yang akan menimbulkan
cara-cara tidak sehat atau Run end atau kinerja yang mendadak berhenti
ketika seorang karyawan merasa tidak mampu ataupun sudah puas.
- Integrated Management Approach (Model Pendekatan Terpadu) TQM adalah
perpaduan dan penyeimbangan antara budaya kerja yang telah
ada di OM dan HRD dengan budaya yang akan diciptakan oleh TQM
sehingga tercipta suatu garis tengah yang menjembatani semua kebutuhan
dan kebudayaan HRD dan OM dengan alur dari TQM dengan tujuan
yang dibawa oleh TQM. Dengan demikian, di antara ketiganya akan
tercipta suatu integritas, kesepahaman, tanpa adanya rasa
saling dirugikan dan mereka akan berkinerja lebih baik tanpa perlu
merasakan aura kompetisi yang tidak sehat seperti Rat Race dan
Runs end. Tingkat keberhasilan sangat tinggi mengingat akan
disesuaikan antara tingkat keberhasilan yang diinginkan perusahaan
dengan kemampuan dan kemauan para pelaksana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar